Atmakanta Studio of Innovative Documentary
22 mai 2023
Featured on Indonesian media Suara, May 22, 2023.
Originally published here.
Suara.com - Film Pepadu, karya Sutradara M. Muslimin asal Lombok dan Sailum: Song of The Rustling Leaves, karya Sutradara Felix K. Nesi dan Moses Parlindungan Ompusunggu asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ditetapkan sebagai Film Terpilih Festival Film Bulanan (FFB) Lokus 4.
Kedua film ini memberikan gambaran tentang kebudayaan. Hal tersebut dikemukakan dosen Film dan Televisi dan Resensator Film, Mohamad Ariansah, yang dalam Festival Film Bulanan ini juga berlaku sebagai kurator.
“Dua film itu, yaitu Pepadu dan Sailum: Song of The Rustling Leaves menarik, sebab mampu memberikan potret lain tentang film pendek Indonesia, yang biasanya didominasi oleh kebudayaan Jawa. Para kreator dua film tersebut mampu mengemas budaya, mengemas ide, cara bertuturnya, dan mengemas visualnya secara menarik,” kata Ale, sapaan akrab Mohamad Ariansah.
Ia mengaku takjub dengan karya yang dibuat oleh Sutradara M. Muslimin asal Lombok, yang berjudul Pepadu. Film ini dinilai Ale memiliki kekuatan cerita, yang mengangkat tentang isu kekerasan.
“Film Pepadu dari Nusa Tenggara Barat (NTB) menampilkan isu tentang kekerasan, tapi pada saat yang sama, si tokoh harus kembali mengulang kesalahan karena keterpaksaan terhadap keadaan. Film ini memiliki isu yang kuat,” jelas Ale.
Sementara untuk Sailum: Song of The Rustling Leaves karya Sutradara Felix K. Nesi dan Moses Parlindungan Ompusunggu, menurut Ale dibuat dari seseorang yang sudah punya pemikiran kuat, yang menggunakan film sebagai peluru untuk menyampaikan gagasan-gagasan tersebut.
"Imajinasi menarik, kesannya poetic. Aku suka tawaran ceritanya tentang pro kontra Timor Timor yang lepas dari Indonesia,” terang Ale.
Senada dengan Ale, salah satu kurator yang juga merupakan Senior Business Development Manager of IDN Media, Rahma Guntari mengatakan, film-film pendek yang dihasilkan dari lokus 4 ini di luar ekspektasi.
Rahma menyampaikan, Sailum: Song of The Rustling Leave mampu memberikan ide penuturan yang unik.
“Film ini seperti menyampaikan kritik, tapi disampaikan melalui habit yang orang belum bisa menerima atau tabu, justru di sana (NTT), tradisi itu biasa saja,” ujar Rahma.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno pernah mengatakan, film bukanlah hanya sebatas hiburan.
“Melainkan karya audio visual, yang di dalamnya terkandung sebuah nilai-nilai perjuangan. Seperti Darah dan Doa karya Usmar Ismail, film pertama yang diproduksi anak bangsa, yang dari judulnya saja merepresentasikan semangat perjuangan dan kemerdekaan,” ujarnya.
Ia mengapresiasi terpilihnya Pepadu dan Sailum: Song of The Rustling Leave yang mampu memberikan perspektif lain tentang film pendek Indonesia.
Menurutnya, subsektor perfilman Indonesia akan terus berkembang, sehingga bisa mempercepat kepulihan ekonomi Indonesia dan berkontribusi dalam penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru.
Kedua film terpilih ini mendapat sertifikat, suvenir, kesempatan mengikuti workshop “Menuju Industri Perfilman”, yang mana peserta akan pitching dengan investor untuk mendapatkan pendanaan dari FlipFlop TV, serta menjadi nominasi di malam penganugerahan Festival Film Bulanan yang diselenggarakan pada Desember.
Para sineas di Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Lampung diminta untuk mempersiapkan diri, karena pendaftaran Lokus 5 akan dibuka pada tanggal 2 Juni mendatang.